Minggu, 03 Januari 2016

METEOROLOGI (JENIS - JENIS AWAN)



METEOROLOGI – AWAN




AWAN
Awan terbagi dalam empat golongan,dan tiap golongan dibagi dalam beberapa jenis, ialah seperti berikut:
Golongan awan tinggi terdapat pada ketinggian 6.000 meter ke atas.
Jenis awan tinggi adalah :
  • Cirrus
  • Cirro cumulus
  • Cirro stratus
Golongan awan menengah terdapat pada ketinggian 2000 meter hingga 6000  meter.
Jenis awan menengah adalah:
  • Alto Cumulus
  • Alto Stratus
Golongan awan rendah terdapat pada ketinggian 2000 meter ke bawah.
Jenis awan rendah adalah:
  • Nimbo Stratus
  • Stratus Cumulus
  • (Low) Stratus
Golongan awan yang membumbung ke atas.
Jenis awan yang membumbung ke atas adalah:
  •  Cumulus Humilis
  •  Cumulus Hongestus
  •  Cumulus Nimbus

Pada umumnya, awan terdiri dari butir-butir air cair yang berukuran sedemikian kecil sehingga tidak jatuh. Awan yang terdapat pada ketinggian dimana temperature udara adalah jauh dibawah 0  tidak lagi terdiri dari butir-butir air cair, melainkan terdiri dari butir-butir es (=Kristal-kristal es). Di daerah Equator seperti Indonesia, awan tinggi terdiri dari Kristal-kristal es, karena temperatur udara pada ketinggian 6000 meter ke atas di daerah Equatorial adalah jauh di bawah  0 C.
  1. Cirrus adalah sejenis awan tinggi yang berbentuk seperti mata pancing atau seperti bulu ayam. Awan cirrus tersebut tampak putih bersih.
  2. Cirro Cumulus adalah sejanis awan tinggi yang berbentuk seperti sisik ikan. Awan Cirro Cumulus Nampak putih bersih, dan gumpalan-gumpalan awannya aalah kecil-kecil, ini disebabkan karena awan Cirro Cumulusitu terletak jauh dari mata penilik.
  3. Cirro stratus adalah sejenis awan tinggi yang tidak mempunyai gambar, melainkan merupakan suatu layar awan yang rata. Pada siang hari kalau langit diliputi awan Cirro Stratus, mak langit tampak putih silau.
  4. Alto Cumulus adalah sejenis awan menengah yang berbentuk serupa dengan awan Cirro Cumulus, seperti bulu domba atau seperti sisik ikan. Akan tetapi gumpalan-gumpalan awannya nampak lebih besar, Karena awan Alto Cumulus terletak lebih dekat pada mata penilik.
  5. Alto Status adalah sejenis awan menengah, dan pada prinsipnya berbentuk serupa dengan awan Cirro  Status. Merupakan suatu layar awan yang rata.
  6. Nimbo Stratus pada prinsipnya berbentuk serupa dengan Alto Stratus, akan tetapi amat tebal sehingga sinar matahari sulit menembus lapisan awan ini. Dengan demikian maka bagian bawah awan Nimbo Stratus berwarna abu-abu gelap sampai hitam. Awan Nimbo Stratus dapat menimbulkan hujan lebat.
  7. Strato Cumulus adalah sejenis awan rendah yang pada prinsipnya berbentuk serupa dengan Alto Cumulus, seperti bulu domba akan tetapi gumpalan-gumpalannya sangat lebih besar, Karen aawan Strato Comulus terlatak lebih dekat pada mata penilik. Awan Strato Cumulus nampak berwarna abu-abu dan bentuk tiga dimensinya sudah napak pula.
  8. (Low) Stratus adalah sejenis awan rendah yang tidak mempunyai gambar apa-apa melainkan merupakan suatu layar awan yang rata. Kalau awan (Low) Stratus mencapai permukaan tanah, maka hal ini disebut kabut.
  9. Awan Cumulus Humilis merupakan fase pertama pembentukan awan golongan IV. Awan golongan IV ini terjadi karena adanya aliran udara vertical. Pada tempat-tempat dimana udara mengalir ke bawah , maka awan yang ada akan dilenyapkan. Awan Cumulus Humilis ini juga dikenal dengan sebutan Cumulus Kecil atau juga dengan sebutan Fair Weather Cumilis.
  10. Cumulus Congestus merupakan fase kedua pembentukan awan golongan IV. Kalau hari makin panas, maka aliran udara vertical mendapat kesempatan untuk mencapai ketinggian yang lebih besar, dan hal ini menyebakan awan Cumulus Humilis bertumbuh ke atas. Bahagian bawah Cumulus Congestus ini mulai memperoleh warna abu-abu, karena sudah bertambah tebal, sehingga sinar matahari mengalami kesulitan untuk menembus awan ini. Puncak awan Cumulus Congestus belum melebar, melainkan berbetuk runcing.
  11.  Cumulus Nimbus merupakan fase terakhir pembentukan awan golongan IV. Bahagian atas Cumulus Nimbus sudah melebar. Bahagian bawah Cumulus Nimbus nampak berwarna abu-abu gelap sampai hitam. Cumulus Nimbus menimbulkan hujan setempat (= shows). Selain itu, petir, kilat dan Guntur ditimbulkan oleh awan Cumulus Nimbus.[pp]
Sumber: Buku Meteorologi, PLAP. Maret 1986






Jumat, 01 Januari 2016

JENIS JENIS KAPAL


KAPAL LNG (Liquid Natural Gas)




CRUISE SHIP (KAPAL PESIAR)



CONTAINER SHIP (KAPAL KONTAINER)




 PASSENGER SHIP (KAPAL PENUMPANG)




 TANKER SHIP (KAPAL TANKER)




 KAPAL RO-RO





CARGO SHIP (KAPAL KARGO)

PENENTUAN POSISI



PENENTUAN POSISI

1.          Pengertian.
Posisi adalah tempat kapal berada pada suatu saat yang dinyatakan dalam lintang
dan bujur atau baringan dan jarak dari suatu titik referensi dihitung berdasarkan
metode-metode pengambilan posisi.
            
           Metode penentuan posisi meliputi :
a.             Visual.
b.             Astronomi.
c.             Elektronika.

2.          Kegunaan.
a.             Menjamin keselamatan kanal.
b.             Menentukan elemen-elemen hydrometeo (angin dan arus).
c.             Menentukan perhitungan lintas laut.
d.             Memberikan gambaran situasi taktis.

3.          Penentuan Posisi dengan methode Visual.
a.             Ketentuan-ketentuan pokok.
1)            Yakinkan bahwa semua peralatan Navigasi telah diverifikasi.
2)            Yakin publikasi yang akan digunakan.
3)            Yakni bahwa alat bantu kerja di peta tersedia lengkap dan memenuhi
          syarat.
4)            Yakinkan kebenaran akan obyek-obyek baringan yang digunakan.
5)            Gunakan obyek-obyek yang garis baringannya berpotongan 30 s/d 60
          derajat.
6)            Usahakan pengambilan baringan obyek-obyek pada sisi yang sama dan
          repeator yang sama dan dimulai dari yang terdekat pada tikas kepala.
7)            Yakni bahwa organisasi kerja di anjungan terlatih baik.
8)            Catat waktu pada pengambilan baringan yang terakhir kecuali pada saat
          lego jangkar, pencatat waktu dilaksanakan pada baringan yang
          pertama.
9)            Dalam pengukur jarak gunakan tepi tegak Peta.

b.             Beberapa cara yang dapat digunakan.
1)            Baringan silang.
a)             Gunakan minim 2 titik referensi.
b)            Perpotongan gais-garis baringan tersebut merupakan posisi kapal
          P).
c)             Tanda posisi.
                                                                                                                                          

2)            Baringan geser.
         Baringan geser ini digunakan apabila hanya ada 1 titik referensi,
         kecepatan kapal tetap dan membaring titik tersebut, dengan selama
         waktu yang tertentu. Perhatikan pengaruh arus dan angin.

a)             Baringan geser tanpa pengaruh arus dan angin.                           
(1)           Baringan titik tersebut (B1).
(2)           Setelah t menit baring lagi titik tersebut (B2).
(3)         Geser B1 sejauh jarak yg ditempuh selama t menit (V x t).
(4)           Titik potong B1 dengan B2 adalah posisi kapal (P).
(5)           Tanda posisi D
(1)            Posisi yang ditemukan dengan cara ini ketelitiannya
           kurang dibandingkan dengan baringan silang.
(2)            Adakah pengecekan dengan kedalaman laut.

b)             Bila ada arus.

(1)           HK Haluan benar kapal (track kapal).
(2)           HK tikas kapal.
(3)           Va kecepatan arus, gambarkan juga arahnya.
(4)           Baring titik tersebut (B1).
(5)           Setelah t menit baring lagi titik tersebut (B2).
(6)           Geser baring I (B1) sejauh jarak yang ditempuh t menit
          (titik C).
(7)           Titik potong B1 dan B2 adalah posisi kapal, kalau tidak ada
          pengaruh arus (P1).
(8)           Pada titik C gambarkan arah pengaruh arus (Va x t).
(9)           Geser baringan I (B1) sejauh pengaruh arus t menit
          (titik C1).
(10)        Titik potong B1 dan B2 adalah posisi kapal (P).

c)             Baringan geser dengan pengaruh angin : 


(1)           HK Haluan benar Kapal (track kapal).
(2)           HT tikas kapal.
(3)           Baring titik tersebut (B1).
(4)           Setelah t menit baring lagi titik tersebut (B2).
(5)           Geser B1 sejauh jarak yang ditempuh t menit pada HT 
          (titik C).
(6)           Titik potong B1 dan B2 adalah posisi kapal (P). 

3)            Baringan dan jarak dari radar.


 

a)             Gunakan echo-echo yang tajam (pantai-pantai yang terjal/ keras
          atau gunung-gunung).
b)             Baringan dan jarak diambil dari rada (B1/D1, B2/D2 dan B3/D3),
          gamabarkan dipeta (P).
c)             Lingkakan jarak terlebih dahulu, baru chek baringan.
d)             Tanda posisi D.

4)            Dengan peruman.
         Cara ini digunakan bila tidak mungkin menggunakan cara-cara lain yang
         telah diterangkan diatas. Ketelitian yang sangat kurang, karena adanya
         perbahan-perbahan kedalaman Laut serta pembelokan pancaran
         gelombang.


a)             Ukur kedalam laut dengan echoloud/ echosounder.
b)             Gosokan dipeta disekitar garis haluan (track).
c)             Tanda posisi.

5)            Dengan baringan dan batas lingkaran cahaya suar.


a)             Lihat dari data-data suar jarak capai suar tersebut, dan lingkaran
          dipeta, perhatikan tinggi mata.
b)             Baringan suar tersebut pada waktu pertama kali melihat cahaya
          (81) berarti kita berada pada batas lingkaran tersebut.
c)             Perpotongan B1 dengan lingkaran jarak capai suar adlaa posisi
          kapal (P).
d)             Tanda posisi (D).

6)            Baringan. 
         Penentuan posisi dengan suatu titik referensi, dimana sudut baring
         diperhitungkan.
         
      Beberapa baringan istimewa yang dapat digunakan :

a)             Cara melintang



(1)           Baring I (B1) diusaakan dengan sudut 45o (Baringan
          relatif).
(2)           Pada saat melintang titik referensi baring lagi titik tersebut
          (B2).
(3)           DMT    = SL = VK . t
                              DMT    = Jarak Melintang
                              SL        = Jarak yang ditempuh dari B1 ke B2 
(4)           Jangkakan DMT pada B2, titik tersebut adalah posisi
          kapal (P).   
(5)           Tanda posisi D.
(6)           Beberapa sudut-sudut istimewa pada baringan I :
-       Sudut 45o maka          DMT    = SL
-       Sudut 63,5"                 DMT    = 2 SL
-       Sudut 71,6"                 DMT    = 3 SL
-       Sudut 76"                    DMT    = 4 SL

b)             Cara 2 sudut.


(1)           Baringan I (B1) dengan sudut a (baringan relatif).
(2)           Baringan II (B2) dengan sudut 2 O (baringan relatif).
(3)           SL = VK.t jarak yang ditempuh kapal dar B1 ke B2.
(4)           Jangkakan SL pada B2 titik tersebut adalah posisi kapal
          (P).
(5)           Segitiga yang terjad antara perpotongan B1, B2 dan SL
           adalah segitita sama kaki dimana B2 = SL.
(6)           Tanda posisi D.

c)             Cara ^ titik refferensi


(1)           Baringan I (B1) dengan sudut a (baringan relatif).
(2)           Baringan II (B2) dnegan sudut 90o + a (baringan relatif).
(3)           SL = VK.t jarak yang ditempuh kapal dari B1 ke B2.
(4)           Jangkakan D2 pada B2, dimana D2 = SL sin a, titik
           tersebut adalah posisi kapal (P).
(5)           Tanda posisi D.

4.          Penentuan Posisi Dengan Methode Astronomi.
a.             Ketentuan-ketentuan pokok.
1)            Yakinkan bahwa semua peralatan navigasi telah diverifikasi.
2)            Yakinkan publikasi yang akan digunakan.
3)            Yakinkan kebenaran akan obyek benda angkasa yang akan diukur.
4)            Ukur tinggi benda angkasa yang disebelah timur.
5)            Usahakan tingg benda angkasa antara 20o s/d 60o.
6)            Pilih minimal 5 benda angkasa, kerakan minimal 3.
7)            Langit bkabut laksanakan pengukuran dari tempat yang paling rendah,
          langit terang pengukuran ditempat yang paling tinggi.
8)            Perhatikan koreksi sextant.
9)            Penggunaan kaca berwarna pada saat pengukuran matahari.

b.             Beberapa cara yang dapat digunakan.
1)            Haverkamp / Marq St. Hilaire.
a)             Buku-buku dan peralatan yang diperlukan.
(1)           Daftar Ilmu Pelayaran I.
(2)           Almanak Nautik.
(3)           Peta bintang atau stan globe.
(4)           Sextant.
(5)           Stop watch.
(6)           Kronometer. 



   2)   HO 214.
                       a)    Buku-buku peralatan yang diperlukan.
                             (1)  Daftar HO 214 dan daftar ilmu pelayaran.
                             (2)  Almanak Nautika.
                             (3)  Peta bintang atau star globe.
                             (4)  Sextant.
                             (5)  Stop watch.
                             (6)  Chronometer. 



          3)    HO 229 atau HD 605.
                       a)    Buku-buku dan peralatan yang diperlukan.
                           (1)  HO 229.
                           (2)  Almanak Nautika (NA).
                           (3)  Peta bintang atau Star Globe.
                           (4)  Sextant.
                           (5)  Stop Watch.
                           (6)  Chronometer.



           4)    HO 249 (AIR NAVIGATION SELECTED STARS).
                       a)    Buku-buku dan peralatan yang diperlukan :
                          (1)  HO 249 (AIR NAVIGATION – SELECTED STARS).
                          (2)  Peta bintang atau star globe.
                         (3)  Sextant.
                         (4)  Stop watch.
                         (5)  Chronometer.





 

© 2013 Marines 03. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top